Ada sebuah telaga indah. Airnya sejuk, jernih dan tenang. Permukaannya berkilauan, bukan hanya karena memantulkan sinar rembulan, namun batu-batu pualam yang ada di dasarnya juga memancarkan cahaya. Kedamaian selalu meliputinya. Sayangnya, telaga itu tak mudah di jangkau. Ia terletak di tengah hutan lebat yang dipagari oleh semak berduri. Pepohonan tinggi dan binatang buas menghadang setiap langkah ke sana. Siapa pun yang mampu
menemui dan mereguk keindahannya, raja rimba pun tunduk dan patuh padanya.
Telaga itu adalah hati nurani anda, yang senantiasa menyerukan ketentraman batin. Kesejukan regukan airnya memberi makna pada hidup anda. Sedangkan rimba lebat penuh onak dan binatang buas adalah wujud dari pikiran, emosi, hawa nafsu dan persepsi indrawi yang selalu menghalangi jalan anda. Tanpa disadari ia pun dapat melukai diri anda. Namun, bila anda telah menemukan
suara hati nurani itu, maka kekuatan dan kedamaian melingkupi anda. Temukan
telaga jernih milik anda. Itulah anugrah paling berharga yang harus anda
pegang teguh dalam hidup ini.
Pada beberapa kebudayaan di dunia, termasuk diantaranya pada beberapa suku
Indian Amerika Tengah, dan kaum Thracia dari daerah Bulgaria, kelahiran
disambut dengan kesedihan sementara kematian disambut dengan kegembiraan.
Ketika seorang bayi baru lahir, maka keluarganya akan duduk mengelilingi sang bayi sambil meratapi kesusahan-kesusahan yang akan dialami sang bayi di masa hidupnya. Sebaliknya, saat menghadiri kematian, para tamu yang hadir
justru tertawa dan melawak di hadapan orang yang meninggal, karena mereka
percaya bahwa orang yang mati sedang menuju negeri kebahagiaan. Terkadang,
istri atau hewan favorit milik yang mati ikut dibunuh, sehingga mereka pun
dapat turut bersama berbahagia di alam baka
0 komentar:
Posting Komentar